KEBIASAAN MAKANAN SUKU DAYAK
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan
salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat dilihat dari
kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang begitu beragam dan luas.
Sekarang ini, jumlah pulau yang ada di wilayah Negara kesatuan republik
Indonesia (NKRI) sekitar 13.000 pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya
berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan
hampir 200 bahasa yang berbeda.
Kebudayaan sendir
adalah salah satu aset penting bagi sebuah Negara berkembang, kebudayaan
tersebut untuk sarana pendekatan sosial dan simbol karya daerah. Kebudayaan
yang biasa menjadi perhatian masyarakat adalah kebuadayaan makanan suatu
daerah. Makanan seperti yang kita tahu merupakan suatu kebutuhan utama bagi
manusia. Selain sebagai sumber energi dan tenaga, makanan juga memiliki makna
dan nilai budaya tersendiri.
Salah satu daerah
yang kaya akan budaya dan sangat terkenal di mancanegara adalah kebudayaan dari
Suku Dayak. Kebudayaan makanan atau makanan khas dari setiap daerah memiliki
keunikan tersendiri yang berbeda dari tiap daerah begitu pula dengan Suku
Dayak. Hal inilah yang membuat makanan tersebut unik di setiap daerah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
sebelumnya, berikut rumusan masalah pada makalah ini.
1.
Bagaimana sejarah suku dayak?
2.
Bagaimana kebiasaan makanan suku
dayak ?
3.
Apa
saja makanan khas suku dayak?
4.
Bagaimana cara makan suku dayak?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
berikut ini tujuan penulisan makalah.
1.
Untuk mengetahui sejarah suku dayak.
2.
Untuk
mengetahui kebiasaan makanan suku dayak.
3.
Untuk mengetahui makanan khas suku dayak.
4.
Untuk
mengetahu cara makan suku dayak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Suku Dayak
Suku
dayak yang dalam ejaan lama disebut Dajak atau Dyak adalah nama yang oleh
penjajah diberi kepada penghuni pedalaman pulau borneoyang mendiami pulau Kalimantan
(Brunei, Malaysia, yang terdiri dari Sabah dan Serawak, serta Indonesia yang
terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan
Kalimantan Selatan). Ada 5 suku atau 7 suku asli kalimantan yaitu Melayu,
Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau, dan Tidung. Suku bangsa yang ada di kalimantan
dikelompokkan menjadi tiga yaitu suku banjar, suku dayak, dan suku asal
kalimantan lainnya. Orang Dayak dibagi menjadi enam rumpun yakni rumpun
Klemantan, rumpun Iban, rumpun Apoyakan, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju,
dan rumpun Punan.
Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang
tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri
sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan.
Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih
diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh
Mamut", yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta
tidak kenal menyerah atau pantang mundur.
Pada tahun (1977-1978) saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan
yang merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras
Mongoloid dari Asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan
melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan "Muller-Schwaner".
Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang
Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin
mundur ke dalam.
Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makasar, dan Jawa pada
masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Suku Dayak hidup terpencar-pencar di seluruh
wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar
menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau
Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing Suku ini
terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku
berbeda.
Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan
Dayak, sering disebut "Nansarunai Usak Jawa", yakni sebuah kerajaan
Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara
tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur,1971 ). Kejadian tersebut mengakibatkan suku
Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar
berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak
bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).
Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak Iagi mengakui
dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau
orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri
sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di daerah-daerah Kayu
Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas, dan Watang Balangan.
Sebagian lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan
berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan
Kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah
seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum).
Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke
Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa
Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan bahwa
kota yang pertama dikunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas
apakah bangsa Tionghoa datang pada era Bajarmasin (di bawah hegemoni Majapahit)
atau di era Islam.
Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan
penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh Iangsung karena mereka hanya
berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak
Iangsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih
disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan
peralatan keramik. Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di
Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke
selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke
Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan.
Malaka, Manila, dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orangorang
Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut
membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah
seperti piring, cangkir, mangkok, dan guci (Sarwoto kertodipoero,1963).
Gambar 2.1.1 Suku Dayak
(Sumber: pegipegi.com)
2.2 Kebiasaan Makanan
Suku Dayak
Sebagai sebuah suku yang memiliki
sumber daya alam yang melimpah masyarakat Dayak dalam mengolah makanan sangat
dipengaruhi oleh bahan-bahan yang tersedia di sekitar hutan. Sehingga jangan
banyak berharap bahwa makanan dayak sama dengan makanan-makanan di kota dimana
bahan-bahannya bervariasi namun memiliki banyak kandungan kimiawinya. Sementara
makanan dayak yang asli tidak banyak bervariasi karena hal ini tergantung
dengan ketersediaan bahan-bahan makanan yang ada di sekitar hutan. Namun
setelah masuknya peralatan-peratan masak dan masuknya bahan-bahan masak modern
masakan Dayak semakin bervariasi. Beberapa masakan Dayak tradisional yang
masih menggunakan bahan tradisional seperti: sayur rotan muda (juhu singkah),
juhu kujang ( gulai keladi), tampuyak (daging durian yang di awetkan dengan
garam). Jenis masakan tradisional dayak adalah tanak yaitu jenis
masakan yang terdiri dari ikan atau daging direbus dengan air sedikit diberi
rempah-rempah. Kohok adalah jenis masakan dari ikan kecil berduri
sedikit yang dimasak dalam bambu, pundang adalah ikan yang diawetkan
dengan garam ketika mau dikonsumsi dimasak dengan cara dibakar.
Bahan utama makanan tradisional
Dayak adalah nasi (bari), ikan (lauk), dan sup sayur (juhu).
Nasi dimasak secara khusus untuk keperluan upacara seperti pesta tugal
(pesta panen). Beras yang dimasak adalah beras yang baru dipanen, nasi
dimasak pada panci di atas sokongan batu yang dibakar di api untuk
upacara. Ada 3 buah batu: dua yang besar satu yang kecil. Dua batu
besar berdiri pada sisi perapian dan menyokong panci, batu kecil bersandar pada
salah satu batu besar dan padanya diletakkan sebuah kawit (tempat
makanan bagi roh yang baik terbuat dari daun pisang berlapis enam yang digulung
dan diikat dengan serat tanaman yang tidak diputar tapi hanya saling diselipkan
kedua ujungnya, gulungan itu berisi telur, ikan dan nasi). Untuk
menangkal roh-roh jahat di atas batu kecil itu juga disandarkan sebatang bambu
bertiras berisi minuman.
Makanan untuk perjamuan pesta
disiapkan secara khusus bagi kaum lelaki tua yang berani berupa beras dilipat
dalam daun pisang, dijadikan delapan bungkusan panjang yang datar digulung dan
dimasak. Delapan buah gulungan itu diikatkan dengan tali lalu diberikan
kepada orang yang berhak memakannya.
Peralatan makan kuno orang dayak
juga sangat sederhana sendok untuk mengambil makanan terbuat dari labu
kecil atau senduk bangu (senduk yang terbuat dari tempurung kelapa).
Sedangkan cara makan orang dayak dengan menggunakan tangan, untuk makan
yang berkuah (juhu) setelah nasi habis sisa kuah tersebut diseruput langsung
dari piringnya.
Peralatan makan modern saat ini
juga sudah banyak digunakan oleh orang-orang dayak terutama di perkotaan.
Dalam budaya Dayak ada beberapa
jenis hewan yang pantang untuk dimakan yaitu rusa, monyet, ular, dan burung
tingang, karena menurut orang dayak roh orang yang meninggal masih tinggal di
bumi dan mungkin sekali pindah ke binatang-binatang tersebut. Jenis-jenis
burung dan ular berkepala merah yang khusus memberi pertanda dari dewa bagi
mereka tidak pernah dimakan dan tidak boleh dibunuh oleh pihak lainpun.
Orang dayak juga mengenal makanan
sejati bagi para dewa dan roh yaitu Ayam, babi, dan telur. Pada upacara
yang sederhana babi kecil yang muda dan anak-anak ayam khusus dibunuh untuk
para dewa dan roh. Binatang yang lebih besar digunakan untuk pesta besar
seperti pesta tugal (panen). Terkecuali anak ayam, makanan yang diberikan
untuk persembahan hanya sedikit diletakkan dalam kawit berupa sepotong daging,
ikan, ayam, jagung atau nasi.
Gambar 2.2.1 Makanan
Sejati bagi Para Dewa
(Sumber: dayak06.blogspot.co.id)
Perlengkapan makanan dan peralatan upacara pemberian
nama bayi, bentuk nasi ketan disajikan dalam bentuk tumpeng sudah
dipengaruhi budaya jawa.
Gambar 2.2.2 Sesaji untuk
Upacara Tiwah
(Sumber: dayak06.blogspot.co.id)
Gambar 2.2.3 Cara Makan
Orang Dayak yang Modern
(Sumber: dayak06.blogspot.co.id)
Gambar
2.2.4
Memasak nasi Ketan (Pulut) dalam Bumbu
(Sumber: dayak06.blogspot.co.id)
Gambar 2.2.5 Sesajen Berupa Kawit dan Telur
(Sumber: dayak06.blogspot.co.id)
Banyak
hal yang menarik perhatian, salah satunya hampir tidak ada ditemui suku dayak
yang 'obesitas atau kegemukan' dan banyak ditemui yang berumur panjang tapi
masih kuat bekerja mungkin ini ada hubungannya dengan pola makan dan cara hidup
suku dayak. Suku dayak sangat suka makan ikan hasil pancingan di sungai bahkan
'budaya memancing disungai sangat kental kadang sampai tengah malam
memancingya' kemudian hasil pancingan berupa ikan hanya di rebus,dibakar, atau
diasap bumbu yang digunakan pun hanya garam,kunyit,cabe, dan bumbu alami yang
lain tidak banyak mengunakan bumbu berlemak tinggi selanjutnya sayuran hanya
dimasak bening saja dan sangat menghindari makanan yang berkaleng ini adalah
pola makan kebiasaan suku dayak secara umum.
Pahuni
Pahuni
ialah suatu tradisi dalam suku Dayak bahwa apabila menolak makanan yang telah
dengan tulus ditawarkan untuk disantap, khususnya nasi goreng dan makanan yang
terbuat dari ketan, maka akan ada resikonya. Resiko berupa
malapetaka, baik ringan maupun berat, bahkan bisa membawa kematian.
Apabila terpaksa harus menolak, demi menetralisir situasi, mereka akan
menyentuh tempat atau piring di mana makanan diletakan sambil berguman
mengucapkan kata singkat “sapulun”. Dengan demikian penolakan tersebut telah
dianggap sah dan terbebas dari resiko kepuhunan. Selain dengan cara itu, untuk
menetralisir dapat pula dengan cara menjumput sedikit makanan yang ditawarkan
tersebut sedikit, sambil berguman “puse-puse”.
Mereka
juga senang dengan makanan yang masih mentah seperti sayur-sayuran hutan yang
berasal dari pohon nibung atau banding (teras dala). Begitu pula dengan daun
pakis, atau labu hutan yang memang tersedia banyak di hutan.
Soal beras tak terlalu perlu bagi mereka. Makanan utama mereka adalah umbi dan umbut-umbutan hutan, ditambah dengan daging buruan yang mereka temukan.
Untuk daging ini pun jarang mereka masak. Jika ada binatang buruan yang didapat mereka lebih suka menjemur daging-daging tersebut di matahari panas sehingga menjadi daging asin atau dendeng.
Soal beras tak terlalu perlu bagi mereka. Makanan utama mereka adalah umbi dan umbut-umbutan hutan, ditambah dengan daging buruan yang mereka temukan.
Untuk daging ini pun jarang mereka masak. Jika ada binatang buruan yang didapat mereka lebih suka menjemur daging-daging tersebut di matahari panas sehingga menjadi daging asin atau dendeng.
2.3 Makanan
Khas Suku Dayak
1. Kue Dange
Makanan khas dayak memang benar-benar membuat
banyak orang tertarik, terutama akan kelezatanya. Nah kali ini makanan khas dayak yang banyak digemari
tersebut yakni Kue Dange. Biasanya makanan khas dayak ini sering dijumpai di
acara saat pesta ataupun juga biasanya dijual sebagai camilan ringan
Cara membuat makanan
khas dayak ini sangatlah mudah.Makanan khas dayak ini terbuat dari parutan
kelapa, tepung dan juga gula. Lalu makanan khas dayak ini di panggang di
pemanggang khusus untuk kue dange. Makanan khas dayak ini memiliki cita rasa
yang sangat enak, gurih dari kelapa dan terasa manis.
Gambar 2.3.1 Kue Dange
(Sumber: halomuda.com)
2.
Kalumpe /
Karuang
Kalumpe atau disebut juga
Karuang, Kalumpe merupakan bahasa Dayak Maanyan dan karuang sebutan sayur ini
dalam bahasa Dayak Ngaju. Makanan ini merupakan makanan khas dayak yang sangat
diminati banyak orang. Makanan khas dayak ini terbuat dari sayuran yang dibuat
dari daun singkong yang telah ditumbuk halus. Makanan khas dayakini sangat
cocok disajikan dengan sambal terasi yang pedas dan ikan asin.
Cara membuat makanan khas dayak ini
biasanya daun singkong ditumbuk halus dan dicampur dengan terong kecil atau
terong pipit. Makanan khas dayak ini menggunakan bumbu bawang merah, bawang
putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan. Dan jika ingin rasa yang pedas kamu
bisa menambahkan cabe. Makanan khas dayak ini akan lebih enak jika
disajikan dalam keadaan panas.
Gambar 2.3.2
Kalumpe/karuang
(Sumber: halomuda.com)
3.
Juhu Singkah
/ Umbut Rotan
Selanjutnya makanan khas dayak kali ini
adalah Umbut Rotan yang artinya rotan muda. Makanan khas dayak ini jka dalam
bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan Juhu Singkah. Makanan khas dayak ini dikenal
masyarakat dayak karena mudah diperoleh di dalam hutan tanpa perlu menanamnya
terlebih dahulu. Juhu Singkah merupakan salah satu makanan khas yang dimiliki
oleh Suku Dayak, terutama dari Kalimantan Tengah.
Cara membuat makanan khas dayak ini yaitu
yang pertama rotan muda dibersihkan kemudian kulitnya dibuang dan dipotong
dalam ukuran kecil. Makanan khas dayak ini sering dimasak bersama dengan ikan
baung dan terong asam. Makanan khas dayak ini memiliki rasa yang gurih, asam,
dan kepahit-pahitan yang bercampur dengan rasa manis dari daging ikan, sehingga
membuat makanan khas dayak memiliki citarasa tersendiri.
Gambar 2.3.3 Juhu Singkah/ Umbut Rotan
(Sumber: halomuda.com)
4.
Wadi
Berikutnya makanan khas dayak yang tak
kalah lezatnya yakni Wadi. Makanan khas dayak yang satu ini cukup unik. Karena
terbuat dari daging babi yang dibusukkan. Hanya orang-orang tertentu yang
memilki keahlian untuk bisa membuat makanan khas dayak yang enak ini.
Pembusukan makanan khas dayak ini tidak
dibiarkan begitu saja, karena sebelum disimpan, ikan atau daging akan dilumuri
dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga biji jagung
yang disangrai sampai kecoklatan kemudian ditumbuk manual atau di blender.
Dalam bahasa Dayak Maanyan bumbu ini disebut dengan Sa’mu dan dalam bahasa
Dayak Ngaju disebut dengan Kenta.
Cara membuat makanan khas dayak ini
yaitu daging yang akan diolah dibersihkan dahulu, kemudian direndam selama 5-10
jam di air garam. Lalu daging diangkat dan dibiarkan mengering. Setelah itu
daging dicampur dengan Sa’mu sampai merata. Kemudian disimpan dalam kotak kaca,
stoples, atau plastik kedap udara yang ditutup rapat-rapat, simpan kurang lebih
selama 3-5 hari atau lebih dari 1 minggu.
Jika tahap tersebut selesai, makanan
khas dayak ini tidak bisa langsung dimakan. Harus diolah kembali dengan cara
digoreng atau dimasak. Meskipun pembuatannya sangat mudah, tapi jika ada
kesalahan sedikit saja dalam membumbui dan perendaman, maka wadi menjadi tidak
enak dan bahkan tidak bisa dimakan.
Gambar 2.3.4 Wadi
(Sumber: halomuda.com)
5. Kue Lepet
Makanan khas dayak yang juga enak dan
populer lainnya adalah Kue lepet. Jika dalam bahasa dayak lepet adalah dilipat,
jadi kue lepet adalah kue yang dilipat dengan daun pisang yang dikukus. Makanan
khas dayak ini terbuat dari beras yang di tumbuk sehingga menjadi tepung,
kelapa parut, gula merah minyak goreng, dan daun pisang. Makanan khas dayak ini
memiliki rasa yang sangat enak dan gurih.
Cara membuat makanan khas dayak ini
adalah dengan membuat adonan dengan tepung, lalu dimasukkan ke daun pisang yang
sudah ditentukan ukurannya juga sudah di oles dengan minyak goreng. Lalu buat
isian dari kelapa parut dan gula merah cair. Setelah diisi, ditutup hingga rata
dan selanjutnya dikukus hingga matang. Makanan khas dayak ini biasanya dihidangkan
saat acara pesta dan upacara adat.
Gambar 2.3.5 Kue Lepet
(Sumber: halomuda.com)
6.
Bangamat /
Paing
Dalam bahasa Dayak Ngaju
atau paing dalam bahasa Dayak Maanyan adalah masakan khas yang dibuat dari
kelelawar besar / kalong (Pteropus vampyrus). Untuk makanan khas dayak ini hanya menggunakan
kelelawar jenis pemakan buah terbesar. Jika kelelawar jenis pemakan serangga
dan penghisap darah tidak digunakan untuk maknan ini. Walaupun makanan khas
dayak ini dikenal dan dikonsumsi di berbagai daerah, tetapi orang Dayak
mempunyai ciri khas pembuatannya.
Cara membuat makanan khas dayak ini adalah sebagai berikut, paing yang akan
dimasak harus dibuang kukunya terlebih dahulu, bulu kasar ditekuk dan punggung,
serta ususnya. Sementara sayap, bulu dan dagingnya dimasak. Untuk orang Dayak
Ngaju paing dimasak dengan bumbu yang lebih banyak. Berbeda dengan Dayak
Maanyan, paing dimasak dengan bumbu yaitu serai dan daun pikauk (daun yang
memiliki rasa asam).
Paing sering dimasak bersama sayur hati batang pisang yang
dipotong-potong, biasanya menggunakan pisang kipas. Makanan khas Dayak ini juga
bisa dimasak bersama dengan sulur keladi yang dipotong-potong. Makanan khas Dayak
ini memang benar-benar memiliki rasa yang sangat lezat.
Gambar 2.3.6
Bangamat/Paing
(Sumber: halomuda.com)
7.
Tampi
Makanan khas Dayak ini adalah kue Tampi. Kue
Tampi merupakan kue yang tidak memiliki rasa tetapi wajib hadir
ketika ada upacar adat. Makanan khas dayak ini berukuran kecil-kecil dan terbuat dari tepung
beras yang digoreng.
Gambar 2.3.7 Tampi
(Sumber: halomuda.com)
2.4 Cara
Makan Suku Dayak
Suku dayak makan
dengan beralas daun pisang. Peralatan makan kuno orang dayak juga sangat
sederhana sendok untuk mengambil makanan terbuat dari labu kecil atau senduk
bangu (senduk yang terbuat dari tempurung kelapa). Sedangkan cara makan orang
dayak dengan menggunakan tangan, untuk makan yang berkuah (juhu) setelah nasi
habis sisa kuah tersebut diseruput langsung dari piringnya.
Suasana makan bersama dalam acara
perayaan suku dayak tergolong unik. Biasanya para undangan dibagi nasi dalam
kotak atau mengambil sendiri-sendiri di tempat yang sudah disediakan. Dalam
perayaan ini, beberapa warga terdiri dari warga setempat, aparatur kelurahan,
dan polisi, berbaur menjadi satu ketika makan. Seluruh tamu undangan duduk
melingkari sebuah nampan besar yang di dalamnya terdapat nasi dan lauk pauk.
Informasi dari warga, kebiasaan makan bersama tersebut memang kerap diadakan
ketika ada acara-acara besar di desa. Makna dari makan bersama tersebut adalah
rasa kebersamaan diantara sesama untuk membangun desa menjadi lebih baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan :
1.
Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang
tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri
sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan.
2.
Kebiasaan makan suku Dayak yakni, suku dayak sangat suka makan ikan hasil pancingan di
sungai bahkan 'budaya memancing di sungai sangat kental kadang sampai tengah
malam memancingya, kemudian hasil pancingan berupa ikan hanya di rebus,dibakar,
atau diasap bumbu yang digunakan pun hanya garam,kunyit,cabe, dan bumbu alami
yang lain tidak banyak mengunakan bumbu berlemak tinggi selanjutnya sayuran
hanya dimasak bening saja.
3.
Bahan
utama makanan tradisional Dayak adalah nasi (bari), ikan (lauk),
dan sup sayur (juhu). Nasi dimasak secara khusus untuk keperluan
upacara seperti pesta tugal (pesta panen). Beras yang dimasak
adalah beras yang baru dipanen, nasi dimasak pada panci di atas sokongan batu
yang dibakar di api untuk upacara.
4.
Makanan khas suku Dayak yaitu kue
dange, kalumpe, juhu singkah, wadi, kue lepet, bangamat, dan tampi.
5.
Cara makan suku dayak dengan beralas daun
pisang. Peralatan makan kuno orang dayak juga sangat sederhana sendok
untuk mengambil makanan terbuat dari labu kecil atau senduk bangu (senduk yang
terbuat dari tempurung kelapa). Sedangkan cara makan orang dayak dengan
menggunakan tangan, untuk makan yang berkuah (juhu) setelah nasi habis sisa
kuah tersebut diseruput langsung dari piringnya.
3.2 Saran
1.
Kepada mahasiswa:
Mahasiswa diharapkan dapat menjaga dan mempertahankan
kebudayaan dan makanan khas suku Dayak, supaya kebudayaan tersebut tidak hilang
di zaman yang semakin modern. Pelajari kuliner khas Nusantara.
2.
Kepada pembaca:
Pembaca diharapkan dapat mencintai lagi
kebudayaan-kebudayaan suku Dayak maupun
suku-suku lain yang ada di Indonesia serta dapat melestarikannya. Jangan sampai makanan asli Indonesia kalah bersaing
dengan makanan dari luar negeri.
DAFTAR RUJUKAN
Ajim,
N. 2017. Menghargai Norma dan Kebiasaan
Antardaerah di Indonesia, (http://www.mikirbae.com/2017/02/norma-dan-kebiasaan-antardaerah/),
diakses pada 1 Maret 2017.
Awestore.web.id.
2013. Ingat Cerita kehidupan Suku Dayak Pasti Ingat Kampung
Halaman, (http://
/kehidupan-suku-dayak/),
diakses pada 28 Februari 2017.
Halomuda. 2016. 7 Makanan Khas Dayak Paling
Enak dan Populer,
(https://halomuda.com/
makanan-khas-dayak/), diakses
pada 1 Maret 2017.
Humabetang.
2013. Kebiasaan dan Tradisi Dalam Dayak Ngaju, (http://humabetang.web.id /artikel-dayak/2013/kebiasaan-dan-tradisi-dalam-dayak-ngaju/), diakses pada 1 Maret 2017.
Pardede, Doan E. 2016. Video-Inilah Tradisi Makan Bersama Dalam Satu Nampan Pada Suku Dayak, (http://kaltim.tribunnews.com/2016/02/23/video-inilah-tradisi-makan-bersama-dalam-satu-nampan-pada-suku-dayak/), diakses pada 28 Februari 2017.
Peggy. 2015. Tindik Telinga Khas Suku Dayak, Warisan
Leluhur yang Hampir Punah, (https://www.pegipegi.com/travel/tindik-telinga-khas-suku-dayak-warisan-leluhur-yang-hampir-punah/),
diakses pada 1 Maret 2017.
Planter,
A. 2015. “Sesuatu” yang Perlu Diketahui
dari Suku Dayak, (http://www.kompasiana.
com/www.prudential.com/sesuatu-yang-perlu-diketahui-dari-suku-dayak/),
diakses pada 1 Maret 2017.
No comments:
Post a Comment