Saturday, 1 April 2017

Makalah Kebiasaan Makanan Suku Dayak

KEBIASAAN MAKANAN SUKU DAYAK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Sekarang ini, jumlah pulau yang ada di wilayah Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) sekitar 13.000 pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda.
Kebudayaan sendir adalah salah satu aset penting bagi sebuah Negara berkembang, kebudayaan tersebut untuk sarana pendekatan sosial dan simbol karya daerah. Kebudayaan yang biasa menjadi perhatian masyarakat adalah kebuadayaan makanan suatu daerah. Makanan seperti yang kita tahu merupakan suatu kebutuhan utama bagi manusia. Selain sebagai sumber energi dan tenaga, makanan juga memiliki makna dan nilai budaya tersendiri.
Salah satu daerah yang kaya akan budaya dan sangat terkenal di mancanegara adalah kebudayaan dari Suku Dayak. Kebudayaan makanan atau makanan khas dari setiap daerah memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dari tiap daerah begitu pula dengan Suku Dayak. Hal inilah yang membuat makanan tersebut unik di setiap daerah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, berikut rumusan masalah pada makalah ini.
1.        Bagaimana sejarah suku dayak?
2.        Bagaimana kebiasaan makanan suku dayak ?
3.        Apa saja makanan khas suku dayak?
4.        Bagaimana cara makan suku dayak?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut ini tujuan penulisan makalah.
1.        Untuk mengetahui sejarah suku dayak.
2.        Untuk mengetahui kebiasaan makanan suku dayak.
3.        Untuk mengetahui makanan khas suku dayak.
4.        Untuk mengetahu cara makan suku dayak.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Suku Dayak
Suku dayak yang dalam ejaan lama disebut Dajak atau Dyak adalah nama yang oleh penjajah diberi kepada penghuni pedalaman pulau borneoyang mendiami pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia, yang terdiri dari Sabah dan Serawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan). Ada 5 suku atau 7 suku asli kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau, dan Tidung. Suku bangsa yang ada di kalimantan dikelompokkan menjadi tiga yaitu suku banjar, suku dayak, dan suku asal kalimantan lainnya. Orang Dayak dibagi menjadi enam rumpun yakni rumpun Klemantan, rumpun Iban, rumpun Apoyakan, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju, dan rumpun Punan.
Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut", yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.
Pada tahun (1977-1978) saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras Mongoloid dari Asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan "Muller-Schwaner". Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam.
Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makasar, dan Jawa pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Suku Dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku berbeda.
Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut "Nansarunai Usak Jawa", yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur,1971 ). Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).
Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak Iagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas, dan Watang Balangan. Sebagian lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan Kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum).
Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan bahwa kota yang pertama dikunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada era Bajarmasin (di bawah hegemoni Majapahit) atau di era Islam.
Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh Iangsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak Iangsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik. Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan. Malaka, Manila, dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orangorang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok, dan guci (Sarwoto kertodipoero,1963).
Gambar 2.1.1 Suku Dayak
(Sumber: pegipegi.com)

2.2 Kebiasaan Makanan Suku Dayak
Sebagai sebuah suku yang memiliki sumber daya alam yang melimpah masyarakat Dayak dalam mengolah makanan sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang tersedia di sekitar hutan. Sehingga jangan banyak berharap bahwa makanan dayak sama dengan makanan-makanan di kota dimana bahan-bahannya bervariasi namun memiliki banyak kandungan kimiawinya. Sementara makanan dayak yang asli tidak banyak bervariasi karena hal ini tergantung dengan ketersediaan bahan-bahan makanan yang ada di sekitar hutan. Namun setelah masuknya peralatan-peratan masak dan masuknya bahan-bahan masak modern masakan Dayak semakin bervariasi.  Beberapa masakan Dayak tradisional yang masih menggunakan bahan tradisional seperti: sayur rotan muda (juhu singkah), juhu kujang ( gulai keladi), tampuyak (daging durian yang di awetkan dengan garam).  Jenis masakan tradisional dayak adalah tanak yaitu jenis masakan yang terdiri dari ikan atau daging direbus dengan air sedikit diberi rempah-rempah. Kohok  adalah jenis masakan dari ikan kecil berduri sedikit yang dimasak dalam bambu, pundang adalah ikan yang diawetkan dengan garam ketika mau dikonsumsi dimasak dengan cara dibakar. 
Bahan utama makanan tradisional Dayak adalah nasi (bari), ikan (lauk), dan sup sayur (juhu).  Nasi dimasak secara khusus untuk keperluan upacara seperti pesta tugal (pesta panen).  Beras yang dimasak adalah beras yang baru dipanen, nasi dimasak pada panci di atas sokongan batu yang dibakar di api untuk upacara.  Ada 3 buah batu: dua yang besar satu yang kecil.  Dua batu besar berdiri pada sisi perapian dan menyokong panci, batu kecil bersandar pada salah satu batu besar dan padanya diletakkan sebuah kawit (tempat makanan bagi roh yang baik terbuat dari daun pisang berlapis enam yang digulung dan diikat dengan serat tanaman yang tidak diputar tapi hanya saling diselipkan kedua ujungnya, gulungan itu  berisi telur, ikan dan nasi).  Untuk menangkal roh-roh jahat di atas batu kecil itu juga disandarkan sebatang bambu bertiras berisi minuman. 
Makanan untuk perjamuan pesta disiapkan secara khusus bagi kaum lelaki tua yang berani berupa beras dilipat dalam daun pisang, dijadikan delapan bungkusan panjang yang datar digulung dan dimasak.  Delapan buah gulungan itu diikatkan dengan tali lalu diberikan kepada orang yang berhak memakannya.
Peralatan makan kuno orang dayak juga sangat sederhana sendok untuk mengambil makanan  terbuat dari labu kecil atau senduk bangu (senduk yang terbuat dari tempurung kelapa).  Sedangkan cara makan orang dayak dengan menggunakan tangan, untuk makan yang berkuah (juhu) setelah nasi habis sisa kuah tersebut diseruput langsung dari piringnya.
Peralatan makan modern saat ini juga sudah banyak digunakan oleh orang-orang dayak terutama di perkotaan.
Dalam budaya Dayak ada beberapa jenis hewan yang pantang untuk dimakan yaitu rusa, monyet, ular, dan burung tingang, karena menurut orang dayak roh orang yang meninggal masih tinggal di bumi dan mungkin sekali pindah ke binatang-binatang tersebut.  Jenis-jenis burung dan ular berkepala merah yang khusus memberi pertanda dari dewa bagi mereka tidak pernah dimakan dan tidak boleh dibunuh oleh pihak lainpun.
Orang dayak juga mengenal makanan sejati bagi para dewa dan roh yaitu Ayam, babi, dan telur.  Pada upacara yang sederhana babi kecil yang muda dan anak-anak ayam khusus dibunuh untuk para dewa dan roh.  Binatang yang lebih besar digunakan untuk pesta besar seperti pesta tugal (panen).  Terkecuali anak ayam, makanan yang diberikan untuk persembahan hanya sedikit diletakkan dalam kawit berupa sepotong daging, ikan, ayam, jagung atau nasi. 
Gambar 2.2.1 Makanan Sejati bagi Para Dewa
(Sumber: dayak06.blogspot.co.id)

Perlengkapan makanan dan peralatan upacara pemberian nama bayi,  bentuk nasi ketan disajikan dalam bentuk tumpeng sudah dipengaruhi budaya jawa.

Gambar 2.2.2 Sesaji untuk Upacara Tiwah
(Sumber: dayak06.blogspot.co.id)

Gambar 2.2.3 Cara Makan Orang Dayak yang Modern
(Sumber: dayak06.blogspot.co.id)

Gambar 2.2.4 Memasak nasi Ketan (Pulut) dalam Bumbu
(Sumber: dayak06.blogspot.co.id)

Gambar 2.2.5 Sesajen Berupa Kawit dan Telur
(Sumber: dayak06.blogspot.co.id)

Banyak hal yang menarik perhatian, salah satunya hampir tidak ada ditemui suku dayak yang 'obesitas atau kegemukan' dan banyak ditemui yang berumur panjang tapi masih kuat bekerja mungkin ini ada hubungannya dengan pola makan dan cara hidup suku dayak. Suku dayak sangat suka makan ikan hasil pancingan di sungai bahkan 'budaya memancing disungai sangat kental kadang sampai tengah malam memancingya' kemudian hasil pancingan berupa ikan hanya di rebus,dibakar, atau diasap bumbu yang digunakan pun hanya garam,kunyit,cabe, dan bumbu alami yang lain tidak banyak mengunakan bumbu berlemak tinggi selanjutnya sayuran hanya dimasak bening saja dan sangat menghindari makanan yang berkaleng ini adalah pola makan kebiasaan suku dayak secara umum.

Pahuni
Pahuni ialah suatu tradisi dalam suku Dayak bahwa apabila menolak makanan yang telah dengan tulus ditawarkan untuk disantap, khususnya nasi goreng dan makanan yang terbuat dari ketan, maka akan ada resikonya.  Resiko berupa  malapetaka, baik ringan maupun berat, bahkan bisa membawa kematian.  Apabila terpaksa harus menolak, demi menetralisir situasi, mereka akan menyentuh  tempat atau piring di mana makanan diletakan sambil berguman mengucapkan kata singkat “sapulun”. Dengan demikian penolakan tersebut telah dianggap sah dan terbebas dari resiko kepuhunan. Selain dengan cara itu, untuk menetralisir dapat pula dengan cara menjumput sedikit makanan yang ditawarkan tersebut sedikit, sambil berguman “puse-puse”.
Mereka juga senang dengan makanan yang masih mentah seperti sayur-sayuran hutan yang berasal dari pohon nibung atau banding (teras dala). Begitu pula dengan daun pakis, atau labu hutan yang memang tersedia banyak di hutan.
Soal beras tak terlalu perlu bagi mereka. Makanan utama mereka adalah umbi dan umbut-umbutan hutan, ditambah dengan daging buruan yang mereka temukan.
Untuk daging ini pun jarang mereka masak. Jika ada binatang buruan yang didapat mereka lebih suka menjemur daging-daging tersebut di matahari panas sehingga menjadi daging asin atau dendeng.

2.3 Makanan Khas Suku Dayak
1.    Kue Dange
Makanan khas dayak memang benar-benar membuat banyak orang tertarik, terutama akan kelezatanya. Nah kali ini makanan khas dayak yang banyak digemari tersebut yakni Kue Dange. Biasanya makanan khas dayak ini sering dijumpai di acara saat pesta ataupun juga biasanya dijual sebagai camilan ringan
          Cara membuat makanan khas dayak ini sangatlah mudah.Makanan khas dayak ini terbuat dari parutan kelapa, tepung dan juga gula. Lalu makanan khas dayak ini di panggang di pemanggang khusus untuk kue dange. Makanan khas dayak ini memiliki cita rasa yang sangat enak, gurih dari kelapa dan terasa manis.
Gambar 2.3.1 Kue Dange
(Sumber: halomuda.com)
2.    Kalumpe / Karuang
          Kalumpe atau disebut juga Karuang, Kalumpe merupakan bahasa Dayak Maanyan dan karuang sebutan sayur ini dalam bahasa Dayak Ngaju. Makanan ini merupakan makanan khas dayak yang sangat diminati banyak orang. Makanan khas dayak ini terbuat dari sayuran yang dibuat dari daun singkong yang telah ditumbuk halus. Makanan khas dayakini sangat cocok disajikan dengan sambal terasi yang pedas dan ikan asin.
          Cara membuat makanan khas dayak ini biasanya daun singkong ditumbuk halus dan dicampur dengan terong kecil atau terong pipit. Makanan khas dayak ini menggunakan bumbu bawang merah, bawang putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan. Dan jika ingin rasa yang pedas kamu bisa menambahkan cabe. Makanan  khas dayak ini akan lebih enak jika disajikan dalam keadaan panas.
Gambar 2.3.2 Kalumpe/karuang
(Sumber: halomuda.com)
3.    Juhu Singkah / Umbut Rotan
          Selanjutnya makanan khas dayak kali ini adalah Umbut Rotan yang artinya rotan muda. Makanan khas dayak ini jka dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan Juhu Singkah. Makanan khas dayak ini dikenal masyarakat dayak karena mudah diperoleh di dalam hutan tanpa perlu menanamnya terlebih dahulu. Juhu Singkah merupakan salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku Dayak, terutama dari Kalimantan Tengah.
       Cara membuat makanan khas dayak ini yaitu yang pertama rotan muda dibersihkan kemudian kulitnya dibuang dan dipotong dalam ukuran kecil. Makanan khas dayak ini sering dimasak bersama dengan ikan baung dan terong asam. Makanan khas dayak ini memiliki rasa yang gurih, asam, dan kepahit-pahitan yang bercampur dengan rasa manis dari daging ikan, sehingga membuat makanan khas dayak memiliki citarasa tersendiri.
Gambar 2.3.3 Juhu Singkah/ Umbut Rotan
(Sumber: halomuda.com)
4.    Wadi
          Berikutnya makanan khas dayak yang tak kalah lezatnya yakni Wadi. Makanan khas dayak yang satu ini cukup unik. Karena terbuat dari daging babi yang dibusukkan. Hanya orang-orang tertentu yang memilki keahlian untuk bisa membuat makanan khas dayak yang enak ini.
          Pembusukan makanan khas dayak ini tidak dibiarkan begitu saja, karena sebelum disimpan, ikan atau daging akan dilumuri dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga biji jagung yang disangrai sampai kecoklatan kemudian ditumbuk manual atau di blender. Dalam bahasa Dayak Maanyan bumbu ini disebut dengan Sa’mu dan dalam bahasa Dayak Ngaju disebut dengan Kenta.
       Cara membuat makanan khas dayak ini yaitu daging yang akan diolah dibersihkan dahulu, kemudian direndam selama 5-10 jam di air garam. Lalu daging diangkat dan dibiarkan mengering. Setelah itu daging dicampur dengan Sa’mu sampai merata. Kemudian disimpan dalam kotak kaca, stoples, atau plastik kedap udara yang ditutup rapat-rapat, simpan kurang lebih selama 3-5 hari atau lebih dari 1 minggu.
          Jika tahap tersebut selesai, makanan khas dayak ini tidak bisa langsung dimakan. Harus diolah kembali dengan cara digoreng atau dimasak. Meskipun pembuatannya sangat mudah, tapi jika ada kesalahan sedikit saja dalam membumbui dan perendaman, maka wadi menjadi tidak enak dan bahkan tidak bisa dimakan.
Gambar 2.3.4 Wadi
(Sumber: halomuda.com)
5.      Kue Lepet
          Makanan khas dayak yang juga enak dan populer lainnya adalah Kue lepet. Jika dalam bahasa dayak lepet adalah dilipat, jadi kue lepet adalah kue yang dilipat dengan daun pisang yang dikukus. Makanan khas dayak ini terbuat dari beras yang di tumbuk sehingga menjadi tepung, kelapa parut, gula merah minyak goreng, dan daun pisang. Makanan khas dayak ini memiliki rasa yang sangat enak dan gurih.
          Cara membuat makanan khas dayak ini adalah dengan membuat adonan dengan tepung, lalu dimasukkan ke daun pisang yang sudah ditentukan ukurannya juga sudah di oles dengan minyak goreng. Lalu buat isian dari kelapa parut dan gula merah cair. Setelah diisi, ditutup hingga rata dan selanjutnya dikukus hingga matang. Makanan khas dayak ini biasanya dihidangkan saat acara pesta dan upacara adat.
Gambar 2.3.5 Kue Lepet
(Sumber: halomuda.com)
6.      Bangamat / Paing
          Dalam bahasa Dayak Ngaju atau paing dalam bahasa Dayak Maanyan adalah masakan khas yang dibuat dari kelelawar besar / kalong (Pteropus vampyrus). Untuk makanan khas dayak ini hanya menggunakan kelelawar jenis pemakan buah terbesar. Jika kelelawar jenis pemakan serangga dan penghisap darah tidak digunakan untuk maknan ini. Walaupun makanan khas dayak ini dikenal dan dikonsumsi di berbagai daerah, tetapi orang Dayak mempunyai ciri khas pembuatannya.
          Cara membuat makanan khas dayak ini adalah sebagai berikut, paing yang akan dimasak harus dibuang kukunya terlebih dahulu, bulu kasar ditekuk dan punggung, serta ususnya. Sementara sayap, bulu dan dagingnya dimasak. Untuk orang Dayak Ngaju paing dimasak dengan bumbu yang lebih banyak. Berbeda dengan Dayak Maanyan, paing dimasak dengan bumbu yaitu serai dan daun pikauk (daun yang memiliki rasa asam).
          Paing sering dimasak bersama sayur hati batang pisang yang dipotong-potong, biasanya menggunakan pisang kipas. Makanan khas Dayak ini juga bisa dimasak bersama dengan sulur keladi yang dipotong-potong. Makanan khas Dayak ini memang benar-benar memiliki rasa yang sangat lezat.
Gambar 2.3.6 Bangamat/Paing
(Sumber: halomuda.com)
7.    Tampi
          Makanan khas Dayak ini adalah kue Tampi. Kue Tampi merupakan kue yang tidak memiliki rasa tetapi wajib hadir ketika ada upacar adat. Makanan khas dayak ini berukuran kecil-kecil dan terbuat dari tepung beras yang digoreng.
Gambar 2.3.7 Tampi
(Sumber: halomuda.com)

2.4 Cara Makan Suku Dayak
Suku dayak makan dengan beralas daun pisang. Peralatan makan kuno orang dayak juga sangat sederhana sendok untuk mengambil makanan terbuat dari labu kecil atau senduk bangu (senduk yang terbuat dari tempurung kelapa). Sedangkan cara makan orang dayak dengan menggunakan tangan, untuk makan yang berkuah (juhu) setelah nasi habis sisa kuah tersebut diseruput langsung dari piringnya.
Suasana makan bersama dalam acara perayaan suku dayak tergolong unik. Biasanya para undangan dibagi nasi dalam kotak atau mengambil sendiri-sendiri di tempat yang sudah disediakan. Dalam perayaan ini, beberapa warga terdiri dari warga setempat, aparatur kelurahan, dan polisi, berbaur menjadi satu ketika makan. Seluruh tamu undangan duduk melingkari sebuah nampan besar yang di dalamnya terdapat nasi dan lauk pauk. Informasi dari warga, kebiasaan makan bersama tersebut memang kerap diadakan ketika ada acara-acara besar di desa. Makna dari makan bersama tersebut adalah rasa kebersamaan diantara sesama untuk membangun desa menjadi lebih baik.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan paparan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan :
1.      Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan.
2.      Kebiasaan makan suku Dayak yakni, suku dayak sangat suka makan ikan hasil pancingan di sungai bahkan 'budaya memancing di sungai sangat kental kadang sampai tengah malam memancingya, kemudian hasil pancingan berupa ikan hanya di rebus,dibakar, atau diasap bumbu yang digunakan pun hanya garam,kunyit,cabe, dan bumbu alami yang lain tidak banyak mengunakan bumbu berlemak tinggi selanjutnya sayuran hanya dimasak bening saja.
3.      Bahan utama makanan tradisional Dayak adalah nasi (bari), ikan (lauk), dan sup sayur (juhu).  Nasi dimasak secara khusus untuk keperluan upacara seperti pesta tugal (pesta panen).  Beras yang dimasak adalah beras yang baru dipanen, nasi dimasak pada panci di atas sokongan batu yang dibakar di api untuk upacara. 
4.      Makanan khas suku Dayak yaitu kue dange, kalumpe, juhu singkah, wadi, kue lepet, bangamat, dan tampi.
5.      Cara makan suku dayak dengan beralas daun pisang. Peralatan makan kuno orang dayak juga sangat sederhana sendok untuk mengambil makanan terbuat dari labu kecil atau senduk bangu (senduk yang terbuat dari tempurung kelapa). Sedangkan cara makan orang dayak dengan menggunakan tangan, untuk makan yang berkuah (juhu) setelah nasi habis sisa kuah tersebut diseruput langsung dari piringnya.


3.2 Saran
1.      Kepada  mahasiswa:
Mahasiswa diharapkan dapat menjaga dan mempertahankan kebudayaan dan makanan khas suku Dayak, supaya kebudayaan tersebut tidak hilang di zaman yang semakin modern. Pelajari kuliner khas Nusantara.

2.      Kepada pembaca:
Pembaca diharapkan dapat mencintai lagi kebudayaan-kebudayaan suku Dayak maupun suku-suku lain yang ada di Indonesia serta dapat melestarikannya. Jangan sampai makanan asli Indonesia kalah bersaing dengan makanan dari luar negeri.














DAFTAR RUJUKAN

Ajim, N. 2017. Menghargai Norma dan Kebiasaan Antardaerah di Indonesia, (http://www.mikirbae.com/2017/02/norma-dan-kebiasaan-antardaerah/), diakses pada 1 Maret 2017.
Awestore.web.id. 2013. Ingat Cerita kehidupan Suku Dayak Pasti Ingat Kampung Halaman, (http:// /kehidupan-suku-dayak/), diakses pada 28 Februari 2017.
Halomuda. 2016. 7 Makanan Khas Dayak Paling Enak dan Populer, (https://halomuda.com/ makanan-khas-dayak/), diakses pada 1 Maret 2017.
Humabetang. 2013. Kebiasaan dan Tradisi Dalam Dayak Ngaju, (http://humabetang.web.id /artikel-dayak/2013/kebiasaan-dan-tradisi-dalam-dayak-ngaju/), diakses pada 1 Maret 2017.
Pardede, Doan E. 2016. Video-Inilah Tradisi Makan Bersama Dalam Satu Nampan Pada Suku Dayak, (http://kaltim.tribunnews.com/2016/02/23/video-inilah-tradisi-makan-bersama-dalam-satu-nampan-pada-suku-dayak/), diakses pada 28 Februari 2017.
Peggy. 2015. Tindik Telinga Khas Suku Dayak, Warisan Leluhur yang Hampir Punah, (https://www.pegipegi.com/travel/tindik-telinga-khas-suku-dayak-warisan-leluhur-yang-hampir-punah/), diakses pada 1 Maret 2017.
Planter, A. 2015. “Sesuatu” yang Perlu Diketahui dari Suku Dayak, (http://www.kompasiana. com/www.prudential.com/sesuatu-yang-perlu-diketahui-dari-suku-dayak/), diakses pada 1 Maret 2017.


No comments:

Post a Comment

Gizi Seimbang Pada Remaja

1.       Pengertian Gizi Seimbang Pada Remaja Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan ...