Aku Rindu Kasih
Sayang
Sepasang manik
milikku ku sibukkan menatap langit malam, yang cerah tak secerah hatiku malam
ini. Langit malam ini sangat indah, bertaburan bintang-bintang dan satu yang
menarik perhatianku malam ini, berbentuk bulat dan berwarna kekuningan putih. “Sepertinya
hari ini malam bulan purnama” pikirku. Disinilah aku, lantai atas rumah yang
selama ini aku tempati yang tak pernah ada kata kenyamanan dalam hariku dirumah
ini. Terdiam sendiri, di temani sinar bulan dan bintang-bintang dilangit cukup
menghibur diriku. Kulihat jam di tanganku, sudah menunjukkan pukul 22.10.
mungkin gadis-gadis seumuranku sudah bergelut manja dengan bantal dan kasur
yang empuk dikamar, dan diantara mereka mungkin sudah menjelajahi alam mimpi
yang indah. Tidak sepertiku malam ini, masih saja melamunkan apa saja yang
terlintas tidak jelas. Mungkin sebagian orang tua mengecek anaknya sudah tidur
ataukah belum. Tidak seperti diriku, mungkin tidak ada dan tidak peduli apakah
aku sudah nyenyak menjelajahi alam mimpi ataukah belum. Tidak tidur saja,
mungkin jika aku sudah kembali pada yang membentuk bulan dan bintangpun tidak
ada yang peduli.
Untung saja,
diriku bukanlah gadis yang nakal yang selalu berkeliaran malam-malam. Aku lebih
suka seperti yang kulakukan saat ini. Hampir setiap malam kuhabiskan disini, di
lantai atas rumah ini. Kebiasaan ini mulai muncul ketika ayah dan ibuku
memutuskan untuk mengakhiri hubungannya, tepat 3 bulan yang lalu. Ibuku sudah
pergi dari rumah ini, ayah setiap hari berkerja ke kantor dan pulang larut
malam. Seperti malam ini, ayahku belum saja pulang. Aku pun tidak tahu apa yang
dikerjakan ayahku selama ini. Sudah tidak ada yang mengkhawatirkanku, bahkan
ibuku sendiri tak pernah menghubungiku selama ini. Jikalau bertemu hanya
sekedar menyapa saja. Ya, memang dia bukan ibu kandungku, ibuku sudah diambil
yang Kuasa 3 tahun setelah aku dilahirkan. Aku tidak bisa merasakan kasih
sayang seorang ibu sampai detik ini, hampir 17 tahun. Hanya ada nenekku selama
ini yang menemani hariku selama ini, namun tetap saja seorang anak pasti butuh
kasih sayang utuh dari orang tua kandungnya. “ Apa salahku Tuhan, aku ingin
seperti teman-temanku yang selalu ditemani orang tua, yang selalu canda tawa
setiap hari. Apa aku bisa merasakannya? Aku ingin merasakannya Tuhan.. tidakkah
Kau kasihan kepadaku?” sontak air mataku mulai menetes dengan sendirinya.
“Fira, sudah
malam nak. Apa kau tidak kedinginan? Besok masih sekolah, sebaiknya masuk dan
cepat tidur nak..” kudengar nenek ku berkata padaku. Sontak aku menoleh dan
cepat-cepat menghapus air mataku ini.
“Ah, nenek. Baik
nek, sebentar lagi aku masuk kekamar kok” aku membalas perkataanya dengan
menarik sedikit otot dipipiku ini.
“Emm, Baiklah cepat kekamar. Sebentar lagi
ayahmu pulang, pasti ia akan marah melihat anaknya ini belum tidur” katanya
sambil mengelus kepalaku.
“Baiklah nek,
ayo kita masuk!” balasku sambil menggandeng
nenek ku untuk kembali masuk kerumah.
Ternyata masih ada yang peduli denganku, ah
yaa aku mulai lupa kalau aku masih punya nenek yang peduli denganku ini. Walaupun
ia tidak bisa menggantikan kasih sayang ibu yang selama ini kurindukan,
setidaknya beliau masih dengan sabar merawatku dan menjagaku hingga saat ini.
“Ah, lebih baik aku tidur saja” kataku sambil menghembuskan napas. Biarlah
malam ini berlalu lebih cepat dan siap menyambut hari esok yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment