Tuesday, 5 September 2017

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan salah satu dari 4 masalah kesehatan yang ada di Indonesia. Berdasarkan tafsiran WHO dan UNICEF, sekitar 1 juta penduduk di negara yang berkembang beresiko mengalami kekurangan yodium. Konsekuensi dari kekurangan yodium disebut Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), mencakup keterbelakangan mental yang permanen, gondok, kegagalan reproduksi, meningkatnya kematian anak dan penurunan IQ poin lebih rendah dibandingkan yang cukup yodium. Untuk mengatasinya, penanggulangan GAKY difokuskan pada peningkatan konsumsi garam beryodium (DepKes, 2010).
Selain berupa pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroidi, kekurangan yodium jika terjadi pada wanita hamil mempunyai risiko terjadinya abortus, lahir mati, sampai cacat bawaan. Jika terjadi pada bayi yang lahir akan mengakibatkan gangguan perkembangan syaraf, mental dan fisik yang disebut kretin. Semua gangguan ini dapat berakibat pada rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktifitas kerja pada orang dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembangunan.
Upaya pencegahan dan penanggulangan GAKY dilakukan dengan memberikan unsur yodium. Dosis cukup memadai atau adekuat, diberikan secara terus menerus atau kontinyu serta dapat mencapai semua segmen penduduk khususnya yang rawan (daerah endemis). Pada kenyataannya, masih banyak ditemukan berbagai masalah dalam pelaksanaan program garam beryodium ini, antara lain yaitu garam non yodium masih beredar di pasaran, kesadaran masyarakat tentang manfaat garam beryodium masih belum baik, masih rendahnya kualitas garam beryodium, kesadaran sebagian produsen garam masih belum baik, pengawasan mutu belum dilaksanakan secara menyeluruh dan terus menerus serta belum diberlakukan sanksi yang tegas (digilib.esaunggul.ac.id, 2017)

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, berikut rumusan masalah pada makalah.
1.      Apakah yang dimaksud dengan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)?
2.      Apakah faktor penyebab Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)?
3.      Bagaimana epidemiologi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)?
4.      Bagaimana perjalanan penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)?
5.      Bagaimana klasifikasi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)?
6.      Apakah dampak yang ditimbulkan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)?
7.      Bagaimana cara penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan penulisan makalah.
1.      Untuk mengetahui pengertian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
2.      Untuk mengetahui faktor penyebab Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
3.      Untuk mengetahui epidemiologi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
4.      Untuk mengetahui perjalanan penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
5.      Untuk mengetahui klasifikasi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
6.      Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
7.      Untuk mengetahui cara penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
          Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan karena tubuh kekurangan yodium dalam jangka waktu yang lama (Adriani, M., & Wirjatmadi, B., 2012). Sementara menurut Depkes RI (2004), GAKY merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia yang mencakup 3 aspek yaitu perkembangan kecerdasan, perkembangan sosial dan dan perkembangan ekonomi (indonesian-publichealth.com, 2017). Semakin besar angka prevalensi masalah GAKY, maka akan semakin menurunkan potensi sumber daya manusia.
          GAKY adalah salah satu masalah gizi yang masih terdapat di Indonesia, akibat kurangnya asupan yodium sehingga terjadi gangguan hormonal yang dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan mental, gangguan system persyarafan, termasuk gangguan bicara dan pendengaran (gizi.depkes.go.id, 2017)
          Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa (Supariasa,2001). Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) juga merupakan defisiensi yodium yang berlangsung lama akibat dari pola konsumsi pangan yang kurang mengkonsumsi yodium sehingga akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid, yang secara perlahan menyebabkan kelenjar membesar sehingga menyebabkan gondok (dinkes.pidiekab.go.id, 2017)
          Pada umumnya masalah ini lebih banyak terjadi di daerah pegunungan, di mana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar yodium yang rendah. Masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara lansung memengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas manusia. Kelompok masyrakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi yodium adalah wanita usia subur (WUS), ibu hamil, anak balita, dan anak usia sekolah  (Adriani, M., & Wirjatmadi, B., 2012).

Gambar 2.1 Orang terkena Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
                                                (Sumber: www.slideshare.net )

2.2   Faktor Penyebab Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Terdapat dua penyebab GAKY, penyebab langsung dan tidak langsung.
2.2.1 Penyebab langsung:
·         Akibat kekurangan zat yodium
Kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Bila tubuh kekurangan yodium, kadar tiroksin dalam darah menjadi rendah. Kadar tiroksin yang rendah akan merangsang kelenjar pituitary untuk memproduksi lebih banyak hormon yang disebut TSH (tyroid stimulating hormon). Hormon TSH menyebabkan kelenjar tiroid membesar karena jumlah dan ukuran sel-sel epitel membesar (Adriani, M., & Wirjatmadi, B., 2012).
·         Bahan Goitrogenik
Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsi hormon tiroid secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung zat goitrogenik menghambat uptake yodida anorganik oleh kelenjar tiroid. Seperti tiosianat dan isotiosianat menghambat proses tersebut karena berkompetisi dengan yodium. Ada dua jenis zat goitrogenik yang berasal dari bahan pangan yaitu:
o   Tiosianat terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi, rebung, ketela rambat dan jewawut
o   Isotiosianat terdapat pada kobis.
Berdasarkan mekanis kerjanya, zat goitrogenik dipengaruhi oleh proses sintesis hormon dan kelenjar tiroid terhadap bahan-bahan goitrogenik. Bahan tersebut adalah sebagai berikut :
o   Kelompok tiosianat, dimana mekanisme kerjanya memperngaruhi transportasi yodium. Misalnya : rebung, ubi jalar.
o   Kelompok tiroglikosid, dimana mekanisme kerjanya mempengaruhi oksidasi, organofikasi, dan coupling. Misalnya : bawang merah, bawang putih, bassica dan yellow turnips.
o   Kelompok akses iodida, dimana mekanisme kerjanya mempengaruhi protealisis, pelepasan, dan halogenasi. Misalnya :gangguan asupan yodium lebih dari 2 gram sehari akan menghambat sintesis dan pelepasan hormon (dinkes.pidiekab.go.id, 2017)
Sayur-sayuran khususnya jenis lobak dan kubis mengandung proguitrin, dan dengan bantuan senyawa zat proguitrin ini diubah menjadi potrin yang merupakan zat antitiroid yang aktif. Proguitrin terdapat dalam sayuran ini tidak tahan panas, akan tetapi dalam usus karena adanya aktivor (sejenis bakteri) mengakibatkan goitrin yang akan tetap terbentuk meskipun telah dimasak. Dalam diet normal tidak akan membahayakan, tetapi bila yang dikonsumsi sayuran saja dan dalam jangka waktu yang lama akan timbul gondok akibat konsumsi kubis yang berlebihan. Menurut jenis asalnya zat goitrogenik dibagi menjadi dua macam, yaitu:
o    Zat goitrogenik alami, adalah linamarin pada singkong, getah pada labu siam, kulit ari kacang, kubis, dan belerang dari gunung berapi.
o    Zat goitrogenik non-alami, goitrogenik dari bahan tercemar, yaitu kelebihan pupuk urea, pestisida, dan bakteri E.Coli.
Menurut mekanismenya ada dua tipe zat goitrogeni, yaitu:
o   Tipe Perchlorate
Cara kerjanya adalah dengan mencegah penimbunan hormon oleh kelenjar tiroid dan memperbesar pelepasan yodium yang telah diikat dengan ikatan organik. Yang termasuk tipe ini adalah perchlorate, chlorate, nitrat dan sebagainya.
o   Tipe Thioracil
Cara kerjanya adlah dengan menghambat iodinasi dengan menghambat peroksidase, sehingga proses perubahan dari monoiodotirosin ke diiodotirosin juga terhambat. Yang termasuk jenis tipe ini adalah carbamasole phenozone (Adriani, M., & Wirjatmadi, B., 2012).
·         Defisiensi Protein
Sel tiroid adalah sel kelenjar yang mengekskresi protein dalam bentuk gikoprotein besar yang dinamkan tiroglobulin. Setiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin, dan tirosin merupakan substrat penting yang berikatan dengan yodium untuk membentuk hormon tiroid. Horimn tiroid ini terbentuk dalam molekul tiroglobulin, yaitu residu asam amino tirosin, hormon tiroksin (T4), dan triiodotironin (T3) yang merupakan bagian molekul tiroglobulin (Adriani, M., & Wirjatmadi, B., 2012).
·         Unsur Sekelumit (Trace Element)
Ada beberapa unsur sekelumit seperti timah (Pb), rubidium (Rb), air raksa (Hg), dan tembaga (Cu) serta unsur sekelumit tertentu lainnya yang berkaitan dengan kasus GAKY. Asupan berlebihan dari unsur-unsur ini akan membentuk ikatan kuat dengan yodium dalam tubuh, sehingga terbentuk senyawa kompleks yang sulit dipecahkan yang berakibat yodium dalam tubuh tidak dapat digunakan, pada akhirnya berdampak pada kurangnya hormon tiroid yang akan terefleksi dengan meningktnya produksi TSH (Adriani, M., & Wirjatmadi, B., 2012).
·         Ekses Yodium
Asupan dalam sehari harus menjamin kadar Plasma Inorganik Iodine (PII) 0,10 µg/dl. Kadar Plasma Inorganik dibawah 0,08 µg/dl pasti menimbulkan gondok. Untuk menjadi kadar diatas 0,10 µg/dl maka asupan yodium minimal 70 µg/hari (Adriani, M., & Wirjatmadi, B., 2012).
·         Genetik
Faktor genetik dalam hal ini merupakan variasi individual terhadap kejadian GAKY dan mempunyai kecenderungan untuk mengalami gangguan kelenjar tiroid, contohnya ada kecenderungan bahwa penderita gondok lebih banyak wanita daripada pria. Faktor genetik banyak disebabkan karena keabnormalan fungsi faal kelenjar tiroid. Penyebab genetik lain adalah sejumlah cacat metabolik yang diturunkan, yang melukiskan kepentingan berbagai tahapan dalam biosintesis hormon tiroid. Cacat ini adalah cacat pada pengangkutan yodium, cacat pada iodinasi, cacat perangkaian, defisiensi deiodinasi, dan produksi protein teriodinasi yang abnormal (dinkes.pidiekab.go.id, 2017).
2.2.2 Penyebab Tidak Langsung
·         Faktor Geografis
Beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan rendahnya kandungan yodium dalam tanah:
1.      Adanya erosi yang menyebabkan yodium hilang ke laut
2.      Tanah sarang (tanah lahr, kapur) yang tidak dapat menyimpan air, sehingga air bersama yodium yang larut di dalamnya akan meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam
3.      Eksploitasi tanah yang berlebihan dan pencemaran limbah tanah pertanian sehingga tanah telalu asam/basa (Adriani, M., & Wirjatmadi, B., 2012).
·         Faktor Non Geografis
Berperan penting untuk daerah dengan suplai makanan utama, di mana daerah tersebut suplai makanannya sangat tergantung dari daerah lain, dimana daerah tersebut termasuk daerah gondok endemis yang air dan tanahnya mengandung yodium yang rendah (Adriani, M., & Wirjatmadi, B., 2012).

2.3  Epidemiologi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Penderita GAKY pada umumnya banyak ditemukan di daerah pegunungan, di mana makanan yang dikonsumsi sangat bergantung dari produksi makanan dari tanaman yang tumbuh pada kondisi kadar yodium yang rendah di tanah. Pada akhir-akhir ini dilaporkan bahwa kejadian gondok juga ditemukan di wilayah dataran rendah termasuk daerah pantai dan perkotaan.
Meluasnya daerah gondok tersebut diasumsikan sebagai akibat adanya degradasi lingkungan, lahan-lahan yang sebelumnya kaya kandungan yodiumnya menjadi tercemar karena limbah industri atau pemakaian pestisida berlebihan (Adriani, M., & Wirjatmadi, B., 2012).

2.4  Perjalanan Penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Pada saat ini struma (pembesaran kelenjar tiroid) diidentikkan dengan defisiensi yodium, namun kenyataannya kekurangan yodium tidak hanya menimbulkan pembesaran kelenjar tiroid akan tetapi juga mengakibatkan gambaran klinik lainnya, seperti penderita tampak kurus, sering disertai jantung yang berdetak, dan lain-lain.
Yodium merupakan komponen struktural dari hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Yodida yang terdapat dalam bahan makanan dan dikonsumsi oleh manusia, di dalam kelenjar tiroid akan diubah menjadi tiroksin.
Jumlah tiroksin yang dikeluarkan dan dialirkan dalam peredaran darah disesuaikan dengan kebutuhan jaringan. Apabila kadar tiroksin dalam darah menurun akan merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi tiroksin kembali hingga kadar dalam darah normal kembali. Rendahnya kadar tiroksin dalam darah yang lama akan mengakibatkan kerja kelenjar tiroid menjadi keras untuk mengkompensasi kebutuhan tiroksin secara normal dalam tubuh. Akibatnya akan terjadi hipertropi dan hiperplasi dari kelenjar tiroid, sehingga kelenjar tersebut tampak membesar.
Gangguan akibat kekurangan yodium merupakan rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Semakin berat kekurangan yodium, semakin banyak komplikasi yang ditimbulkan.

2.5  Klasifikasi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
·      Pemeriksaan Kelenjar Tiroid
Pemeriksaan palpasi merupakan parameter klinis yang dgunakan untuk mengetahui pembesaran kelenjar tiroid. Palpasi adalah cara perabaan yang biasa digunakan untuk menentukan pembesaran kelenjar gondok. Dengan cara palpasi ini dapat ditentukan berat ringannya GAKY. Untuk mengetahui pembesaran gondok dapat digunakan klasifikasi PAHO Scientific Group sebagai berikut:
Tabel 2.5.1
Pemeriksaan Tingkat Pembesaran Kelenjar Tiroid (McLaren)
Tingkat Pembesaran Kelenjar Tiroid
Deskripsi
OA
Belum ada pembesaran
OB
Pembesaran dapat diraba, tetapi belum terlihat pada posisi kepala tengadah
I
Pembesaran terlihat pada posisi tengadah
II
Pembesaran terlihat pada posisi kepala normal
III
Pembesaran terlihat dari jauh

Klasifikasi yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5.2
Klasifikasi Tingkat Pembesaran Kelenjar Tiroid
Tingkat Pembesaran kelenjar Tiroid
Deskripsi
O
Normal
IA
Kelenjar gondok teraba, lebih besar dari ruas terakhir ibu jari tengah penderita
IB
Kelenjar gondok terlihat bila penderita tengadah
II
Kelenjar gondok terlihat pada posisi kepala normal
III
Kelenjar gondok cukup besar dapat dilihat pada jarak 100m

Adapun klasifikasi sederhana yang digunakan oleh WHO

Tabel 2.5.3
Klasifikasi Tingkat Pembesaran Kelenjar Tiroid (WHO)
Tingkat Pembesaran kelenjar Tiroid
Deskripsi
O
Tidak ada pembesaran
I
Ada pembesaran tetapi tidak terlihat
II
Ada pembesaran dan terlihat pada posisi normal

·      Pemeriksaan kadar yodium dalam urine
Pemeriksaan kadar yodium dalam urine merupakan parameter biokimia untuk menentukan tingkat konsumsi yodium. Cara ini lebih sensitif untuk mengetahui kekurangan yodium, yaitu dengan pemeriksaan kandungan yodium dalam urine (air kencing). Pemerikasaan ekskresi yodium dalam urine dinyatakan dalam mikrogram. Adapun klasifikasinya menurut WHO (1994) sebagai berikut:
o    Derajat I: Endemia gondok dengan ekskresi yodium dalam urine rata-rata 50-99 mikrogram per liter kreatinin. Pada derajat ini hormon tiroid cukup untuk perkembangan mental dan fisik normal
o    Derajat II: Endemia gondok dengan ekskresi yodium dalam urine rata-rata 20-49 mikrogram perliter kreatinin.
o    Derajat III: Endemia gondok dengan ekskresi yodium dibawah 20 mikrogram per liter keatinin.



Tabel 2.5.4
Kriteria Nilai Median Yodium Urine dalam Menetapkan Tingkat Endemis dari Suatu Populasi
Nilai Median Yodium Urine
(µg/l)
Tingkat Endemisitas
<20,0
Berat
20,0-49
Sedang
50,0-99
Ringan
≥100,00
Normal

·      Pemeriksaan Hormon Tiroid
Pemeriksaan hormon tiroid dalam darah antara lain hormon tiroksin (T4) triodotiroksin (T3) dan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada pemeriksaan ini menggambarkan, bila status yodium rendah dalam darah maka konsentrasi TSH dalam darah meningkat.
Tabel 2.5.5
Kriteria Nilai TSH dalam Menetapkan Endemisitas
Kadar TSH
mU/l Darah (%)
Tingkat Endemisitas
3,0-19,9
Ringan
20,0-39,9
Sedang
≥40,0
Berat

·      Pemeriksaan Tiroglobulin
Setiap molekul tiroglobulin (TGB) mengandung asam amino tiroksin, tiroksin merupakan substrat utama yang berkaitan dengan yodium untuk membentuk hormon tiroid. Pemeriksaan serum tiroglobulin ini dapat menggambarkan masukan yodium dan lebih sensitif dari TSH, dengan pemasukan yodium yang tidak cukup maka kadar median serum TGB dibawah 10 mg/ml.



Tabel 2.5.6
Indikator dan Kriteria untuk Menentukan Tingkat Endemisitas GAKY di Masyarakat
No
Indikator
Sasaran
Tingkat Endemisitas
Ringan
Sedang
Berat
1
Tingkat pembesaran kelenjar gondok >0
AS
5,0-9,9%
20,0-29,9%
>30%
2
Nilai median urine yodium (µg/l)
AS
50-99
20-49
<20
3
TSH > 5 mU/l darah
Neonatus
3,0-19,9%
20,0-39,9%
≥40,0%
4
Median TGB (ng/m/serum)
A/D
10,0-19,9
20,0-39,9
>40,0%
Keterangan:
AS: Anak Sekolah
A/D: Anak/Dewasa

2.6  Dampak yang Ditimbulkan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Menurut WHO (2001), kekurangan yodium terjadi pada saat konsumsi yodium kurang dari yang direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid tidak mampu mensekresi hormon tiroid dalam jumlah cukup. Jumlah hormon tiroid yang rendah di dalam darah mengakibatkan kerusakan perkembangan otak dan beberapa efek yang bersifat merusak secara kumulatif. Keadaan ini sering disebut dengan nama Iodium Deficiency Disorder (IDD) (indonesian-publichealth.com, 2017).
Menurut WHO (2001), dampak yang ditimbulkan GAKY cukup luas, mulai pada janin sampai dewasa. Spektrum yang ditimbulkan akibat GAKY menurut WHO, sebagai berikut :



Tabel 2.6.1
Spektrum GAKY Menurut WHO
Masa Terjadinya GAKY
Kemungkinan Dampak yang Terjadi
Janin
Abortus, lahir mati, cacat bawaan, kematian perinatal,kematian bayi, kretin neurologi (keterbelakangan mental, bisu, tuli, mata juling, lumpuh spastik pada kedua tangkai), kretin myxedematus (keterbelakangan mental, kerdil), hambatan psikomotor.
Neonatus
Gondok neonatus, hipotiroidisme neonatus, peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir, penurunan IQ
 Anak dan Remaja
Gondok, hypotirid (juvinil hipotiroidisme), gangguan remaja fungsi mental, pertumbuhan terhambat, peningkatan kerentanan terhadap nuklir.
Dewasa
Gondok dengan berbagai komplikasi, ipotiroidisme, gangguan fungsi mental, iodine induced hipotiroidisme (IIH), peningkatan kerentanan terhadap nuklir. Pada tingkat ringan kekurangan yodium akan berakibat menurunnya produktifitas, libido, kesuburan dan immunitas. Fibrocystic dapat menyebabkan kanker kelenjar mamae
 Semua umur
Gondok, hypotiroidisme, fungsi mental yang terganggu, bertambahnya kerentanan terhadap radiasi nuklir.

Kekurangan yodium pada tingkat berat dapat mengakibatkan cacat fisik dan mental, seperti tuli, bisu tuli, pertumbuhan badan terganggu, badan lemah, kecerdasan dan perkembangan mental terganggu. Akibat yang sangat merugikan adalah lahirnya anak kretin. Kretin adalah keadaan seseorang yang lahir di daerah endemik dan memiliki dua atau lebih kelainan-kelainan berikut:
1.   Perkembangan mental terhambat;
2.   Pendengaran terganggu dan dapat menjadi tuli;
3.   Perkembangan saraf penggerak terhambat, bila berjalan langkahnya khas, mata juling, gangguan bicara sampai bisu dan reflek fisiologi yang meninggi.
GAKY merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena dampaknya memengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas SDM, yang meliputi 3 aspek :
1.   Aspek perkembangan kecerdasan;
2.   Aspek perkembangan sosial;
3.   Aspek perkembangan ekonomi.
Pembesaran kelenjar gondok Struma simplex ini adalah suatu pembesaran kelenjar tiroid yang timbul sebagai akibat rendahnya konsumsi yodium. Semakin berat tingkat kekurangan yodiumnya, semakin besar ukuran kelenjarnya serta semakin berat komplikasi yang ditimbulkannya. Kekurangan yodium pada ibu hamil akan menyebabkan kretin pada bayi yang akan dilahirkannya. Selain itu juga akan disertai dengan kerusakan susunan syaraf pusat dan hipotirodisme. Secara klinis kerusakan susunan syaraf pusat akan berupa retardasi, gangguan pendengaran sampai bisu tuli, gangguan neuromotor seperti gangguan bicara, dll. Masalah besar lain yang diakibatkan oleh GAKY adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan intelektualitas. Pada ibu hamil dengan GAKY berat akan melahirkan anak cebol dengan intelektualitas yang rendah. Dampak sosial lain yang lebih besar yaitu sulitnya penderita untuk dididik dan dimotivasi karena rendahnya perkembangan mental sehingga apabila berada dalam lingkungan yang buruk akan lebih cepat terpengaruh atau terlibat kriminalitas (dinkes.pidiekab.go.id, 2017)
Tabel 2.6.2
Dampak Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Kelompok Rentan
Dampak
Ibu Hamil
Lahir mati, Meningkatkan kematian janin, kematian bayi, kretin (keterbelakangan mental), tuli, mata juling, lumpuh spatis, cebo, dan kelainan fungsi psikomotor
Neonatus
Gondok dan Hipotiroid
Anak dan Remaja
Anak dan Gondok, Gangguan pertumbuhan fisik dan mental, Hipotiroid juvenile
Dewasa
Gondok dengan segala akibatnya, Hipotiroid, gangguan fungsi mental


2.7  Cara Penanggulan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Menurut beberapa literatur, termasuk diantaranya modul Peningkatan Konsumsi Garam Beryodium Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI 2004, di Indonesia terdapat beberapa strategi (baik jangka pendek maupun  jangka panjang) sebagai upaya penanggulangan Dampak Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) sebagai berikut :
a. Strategi Jangka Panjang
·         Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), merupakan sebuah strategi pemberdayakan masyarakat dan komponen terkait agar mempunyai visi dan misi yang sama untuk menanggulangi GAKY melalui kegiatan pemasyarakatan informasi, advokasi, pendidikan/penyuluhan tentang ancaman GAKY bagi kualitas sumber daya manusia. Juga terkait pentingnya mengkonsumsi garam beryodium, law enforcement dan social enforcement, hak memperoleh kapsul beryodium bagi daerah endemik dan penganekaragaman konsumsi pangan.
·         Surveillans, merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkesinambungan terhadap beberapa indikator untuk dapat melakukan deteksi dini adanya masalah yang mungkin timbul agar dapat dilakukan tindakan/intervensi sehingga keadaan lebih buruk dapat dicegah. Kegunaan surveillans yaitu mengetahui luas dan beratnya masalah pada situasi terakhir, mengetahui daerah yang harus mendapat prioritas, memperkirakan kebutuhan sumber daya yang diperlukan untuk intervensi, mengetahui sasaran yang paling tepat dan mengevaluasi keberhasilan program.
·         Iodisasi garam, merupakan kegiatan fortifikasi garam dengan Kalium Iodat (KOI3). Tujuan kegiatan ini agar semua garam yodium yang dikonsumsi masyarakat mengandung yodium minimal 30 ppm. Target program ini 90% masyarakat mengkonsumsi garam beryodium yang cukup (30 ppm) (indonesian-publichealth.com, 2017)
b. Strategi Jangka Pendek
Sedangkan strategi jangka pendek sebagai upaya penanggulangan GAKY yaitu dengan melakukan kegiatan distribusi kapsul minyak beryodium. Program yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1992 ini dilakukan untuk mempercepat perbaikan status yodium masyarakat bagi daerah endemik sedang dan berat pada kelompok rawan. Kapsul minyak beryodium 200mg diberikan pada Wanita Usia Subur (WUS) sebanya 2 kapsul/tahun, sedangkan untuk ibu hamil, ibu menyusui dan anak SD kelas 1-6 sebanyak 1 kapsul/tahun (dinkes.pidiekab.go.id, 2017).
Ada juga strategi dibagi sesuai dengan daerah produksi garam dan konsumsi garamnya. Rincian strategi terbagi dalam 4 kategori, seperti pada tabel berikut :


Sentra Produksi Garam
Nonsentra Produksi Garam
Konsumsi Garam Beryodium Cukup
Kategori I
Kategori II
Strategi :
Strategi :
Mempertahankan produksi dan konsumsi Garam Beryodium yang memenuhi syarat
Mempertahankan pasokan dan konsumsi Garam Beryodium yang memenuhi syarat
Upaya :
Upaya :
Meneruskan pengawasan di tingkat produksi, distribusi dan konsumsi, penegakan hukum, peningkatan status sosial ekonomi penambak garam, teknologi yodisasi dan survalians
Menjamin pasokan Garam Beryodium dan pengawasan mutu garam ditingkat distribusi dan konsumsi secara intensif serta memperkuat penegakan perundangan Garam Beryodium dan survailans.
Konsumsi Garam Beryodium Tidak Cukup




Kategori III
Kategori IV
Staregi :
Strategi :
Meningkatkan produksi dan konsumsi Garam Beryodium yang memenuhi syarat
Meningkatkan pasokan dan konsumsi Garam Beryodium yang memenuhi syarat
Upaya :
Upaya :
Meningkatakan konsumsi Garam Beryodium melalui promosi intensif, penegakan norma sosial dan hukum, meneruskan pengawasan ditingkat produksi, distribusi, dan konsumsi secara intensif, peningkatan status sosial ekonomi pergaram dan teknologi yodisasi serta survailians.
Menjamin pemenuhan pasokan Garam Beryodium disertai dengan promosi intensif konsumsi Garam Beryodium, penegakan norma sosial dan hukum, pengawasan mutu garam di tingkat distribusi dan konsumsi serta survailans.








BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan, berikut kesimpulan yang dapat diambil.
1.      Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan karena tubuh kekurangan yodium dalam jangka waktu yang lama.
2.      Terdapat dua penyebab GAKY yaitu penyebab langsung antara lain akibat kekurangan zat yodium, bahan goitrogenik, defisiensi protein, unsur sekelumit, ekses yodium, genetik dan tidak langsung antar lain faktor geografis dan faktor non geografis.
3.      Penderita GAKY pada umumnya banyak ditemukan di daerah pegunungan, di mana makanan yang dikonsumsi sangat bergantung dari produksi makanan dari tanaman yang tumbuh pada kondisi kadar yodium yang rendah di tanah
4.      Gangguan akibat kekurangan yodium merupakan rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Semakin berat kekurangan yodium, semakin banyak komplikasi yang ditimbulkan.
5.      Klasifikasi GAKY dapat dilihat dengan cara pemeriksaan kelenjar tiroid, pemeriksaan kadar yodium dalam urine, pemeriksaan hormon tiroid, dan pemeriksaan tiroglobulin.
6.      Menurut WHO (2001), dampak yang ditimbulkan GAKY cukup luas, mulai pada janin sampai dewasa.
7.      Cara penanggulangan GAKY dapat menggunakan dua strategi, yaitu strategi panjang dan strategi pendek.
3.2 Saran
            Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat ditarik saran berikut ini.
  1. Untuk pembaca, setelah membaca makalah ini diharapkan untuk mengetahui dan memahami pengertian, faktor penyebab, epidemiologi, perjalanan penyakit, klasifikasi, dampak yang ditimbulkan, dan cara penanggulangan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).
  2. Untuk pembaca, setelah membaca makalah ini dapat menerapkan hidup sehat dengan cara memperhatikan kandungan makanan yang dikonsumsi terutama melihat kadar yodiumnya.



DAFTAR RUJUKAN

Adriani, Merryana., & Wirjatmadi, Bambang. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana.
digilib.esaunggul.ac.id. 2017. (http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-2479-BABI.pdf), diakses pada 30 Agustus 2017
 dinkes.pidiekab.go.id. 2017. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium  (http://dinkes.pidiekab.go.id/gangguan-akibat-kekurangan-yodium-gaky.html), diakses pada 30 Agustus 2017
gizi.depkes.go.id. 2017. Diskusi Pakar Penanggulangan Masalah GAKY  (http://gizi.depkes.go.id/diskusi-pakar-penanggulangan-masalah-gaky), diakses pada 30 Agustus 2017
indonesian-publichealth.com. 2017. Pengertian dan Dampak GAKY 2 (http://www.indonesian-publichealth.com/pengertian-dan-dampak-gaky-2/), diakses pada 30 Agustus 2017
indonesian-publichealth.com. 2017. Upaya Penanggulangan GAKY  (http://www.indonesian-publichealth.com/upaya-penanggulangan-gaky/), diakses pada 30 Agustus 2017












No comments:

Post a Comment

Gizi Seimbang Pada Remaja

1.       Pengertian Gizi Seimbang Pada Remaja Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan ...